TERKINIKU.COM Kurikulum Cambridge kini telah banyak diadopsi oleh sekolah-sekolah di dunia. Termasuk di Indonesia, tercatat sudah ada 240 sekolah yang menerapkan kurikulum ini.
Dianindah Apriyani, Senior Country Manager Cambridge di Indonesia, menyatakan bahwa saat ini sekitar 240 sekolah di Indonesia telah mengadopsi Kurikulum Cambridge, mulai dari Aceh hingga Nusa Tenggara Timur.
Menurutnya, tidak hanya siswa yang mendapat manfaat dari kurikulum ini, tetapi juga para guru yang dapat melihat perkembangan pembelajaran siswa melalui perjalanan belajar mereka.
“Kurikulum ini telah diadopsi oleh banyak sekolah dan memberikan manfaat baik bagi siswa maupun guru. Kami menyebutnya Cambridge Pathway karena mencerminkan perjalanan belajar setiap anak dari usia 3 hingga 19 tahun.”
Kelebihan Kurikulum Cambridge
Menurut Dian, salah satu kelebihan kurikulum ini adalah fleksibilitasnya yang cukup besar. Selain itu, siswa yang mengikuti Kurikulum Cambridge akan dibimbing untuk mengejar minat dan kebutuhan pribadinya, bukan hanya keterampilan sains atau sosial.
Dian juga menekankan bahwa kurikulum ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk konteks nasional, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai nasionalisme, sehingga tidak akan menghilangkan identitas nasional anak-anak.
Dian juga menyoroti kesuksesan Kurikulum Cambridge dalam mencetak banyak prestasi siswa di berbagai bidang, seperti kuliner, arsitektur, dan teknologi komputer.
Dia menyebutkan bahwa beberapa siswa telah mencapai kesuksesan sebagai influencer vegan, pencipta konten, dan bahkan beberapa mungkin telah melanjutkan pendidikan tinggi karena minat belajar mereka yang tinggi.
4 Tahap Kurikulum Cambridge
Dian menyatakan bahwa Kurikulum Cambridge akan lebih efektif jika mulai diterapkan sejak masa TK. Pathway dari kurikulum ini mencakup :
1.Cambridge Primary untuk usia 5-11 tahun.
2.Cambridge Lower Secondary untuk usia 11-14 tahun.
3.Cambridge Upper Secondary untuk usia 14-16 tahun.
4.Cambridge Advanced untuk usia 16-19 tahun.
Meskipun semua sekolah dapat menerapkan kurikulum ini, Dian menekankan bahwa tidak semua sekolah mungkin siap untuk melakukannya, dan perlu waktu adaptasi yang cukup.
