TERKINIKU.COM Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, bersama jajaran melakukan langkah cepat untuk mengakselerasi produksi pangan nasional dengan fokus utama pada peningkatan produksi padi dan jagung. Tujuannya adalah mencapai swasembada dan mengurangi impor pangan strategis.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengungkapkan bahwa perubahan iklim global, dampak Covid-19, dan perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan kelangkaan pupuk. Untuk mengatasi hal ini, Kementan berkomitmen untuk mengurangi impor beras hingga mencapai swasembada pada tahun 2025-2026.
Dalam acara Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 04 bertemakan “Strategi Swasembada Padi Berkelanjutan”, narasumber dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BBPSI Padi), Zahara Mardiah, menjelaskan bahwa tantangan dalam mewujudkan swasembada padi berkelanjutan antara lain perubahan iklim, alih fungsi lahan, belum menerapkan praktik pertanian yang baik (GAP), pengelolaan pascapanen yang tidak tepat, dan susut hasil selama proses pascapanen padi.
Dalam konteks peningkatan produksi padi di Indonesia, Zahara menyampaikan bahwa praktik pascapanen yang baik dapat mempersiapkan fondasi yang solid untuk hasil panen yang sukses. Praktik pascapanen yang efisien dan efektif tidak hanya meningkatkan hasil akhir, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi petani. Praktik pascapanen yang tidak tepat dapat mengakibatkan susut hasil hingga 20% dan kerugian nasional mencapai 25 triliun rupiah.
Dengan demikian, pemahaman dan penerapan praktik pascapanen yang tepat sangat penting dalam menciptakan swasembada padi berkelanjutan. Melalui strategi ini, diharapkan Indonesia dapat mencapai keberlanjutan dalam produksi padi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional serta meningkatkan kesejahteraan petani.