TERKINIKU.COM Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda, Abdul Rohim, memberikan respons terhadap rencana revitalisasi Pasar Pagi dengan mengkritik pendekatan teknokratik yang kurang tepat dan kurangnya perhatian terhadap dampak sosial ekonomi.
Pendekatan teknokratik yang dimaksud ialah metode dan kerangka berfikir ilmiah oleh suatu lembaga atau satuan kerja yang berfungsi secara fungsional.
Untuk itu, ia menegaskan bahwa sejak awal, catatan yang dia berikan kepada Pemerintah Kota Samarinda tentang pentingnya memperhatikan dampak sosial ekonomi tidak dihiraukan.
Abdul Rohim juga menyoroti kesulitan yang dihadapi pedagang selama proses relokasi ke Segiri Grosir dan Mal Plaza Mulia, di mana Mal Plaza Mulia tidak siap untuk digunakan.
“Ini menyebabkan penumpukan pedagang di Segiri Grosir yang juga memiliki masalah fasilitas yang tidak berfungsi dengan baik,” ujarnya.
Banyak pedagang yang merasa terbebani dengan situasi ini dan mengeluhkan penurunan jumlah pembeli, termasuk pedagang di Pasar Sungai Dama yang mengandalkan hasil penjualan harian untuk bertahan hidup.
Abdul Rohim menekankan pentingnya Pemerintah Kota Samarinda menghentikan proyek revitalisasi Pasar Pagi dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proyek tersebut.
“Penting untuk mengakui kesalahan dan melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap proses perencanaan yang dianggap cacat prosedur,” bebernya.
Menurutnya, warga tidak seharusnya disalahkan atas masalah ini karena mereka adalah pihak yang paling banyak terdampak dari kebijakan pemerintah. (Ehd)