Terkiniku.com, Samarinda – Hanya tersisa 62 pesut di perairan Sungai Mahakam dan sekitarnya, menandakan ancaman serius terhadap kelangsungan hidup mamalia air tawar ini.
Penurunan jumlah pesut mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak, termasuk Sekretaris Daerah Kalimantan Timur, Sri Wahyuni. Ia menilai kondisi ini sebagai peringatan penting untuk meningkatkan upaya konservasi.
“Pesut Mahakam adalah bagian penting dari identitas dan keanekaragaman hayati Kalimantan Timur. Penurunan populasinya harus menjadi alarm bagi kita semua untuk bertindak, karena mereka juga menjadi indikator kesehatan ekosistem perairan kita,” ujar Sri Wahyuni.
Lanjutnya, organisasi yang aktif melindungi pesut salah satunya adalah Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI). Mereka telah melakukan riset mendalam, bahkan hingga identifikasi individu pesut berdasarkan bentuk unik siripnya.
Setiap pesut dapat dikenali secara spesifik, sehingga mereka bisa diberi nama untuk memantau pergerakan dan kondisi populasi.
Namun, berbagai tantangan masih membayangi konservasi ini. Aktivitas transportasi motoris di Sungai Mahakam sering mengganggu habitat pesut, sementara limbah yang dibuang ke sungai mencemari lingkungan mereka.
Meski kesadaran masyarakat mulai tumbuh, panduan yang lebih jelas bagi para pengguna perahu motor dan edukasi tentang pengelolaan limbah masih sangat diperlukan.
“Peningkatan kesadaran masyarakat adalah kunci keberhasilan konservasi. Mereka harus tahu cara menjaga habitat pesut, seperti melaporkan jika ada pesut yang terjebak dalam jaring nelayan atau memastikan perahu motor mereka tidak mengganggu habitat pesut,” tutup Sri Wahyuni.
Pesut Mahakam bukan hanya sekadar spesies yang dilindungi, tetapi juga simbol budaya dan indikator kesehatan ekosistem Sungai Mahakam. (Ehd)